Header Ads

Vultr $100

WINTER IS COMING

Jepang memberikan kompensasi Rp 36,7 Juta untuk wanita hamil, belum lagi ektra tunjangan uang sebesar Rp 57 juta kepada wanita yg baru melahirkan. Yep, Jepang udah masuk pada fase krisis populasi. Manusia yg usianya uzur lebih banyak dibanding generasi mudanya. Kenapa? banyak sekali hal yg terlibat dalam social-community masyarakat Jepang.
WINTER IS COMING
WINTER IS COMING
Biaya hidup yg tinggi, tarif pajak penghasilan orang pribadi maksimal di Jepang mencapai 55,95%.

Jepang dikenal dgn budaya etos kerjanya yg tinggi. Namun, etos kerja yg tinggi sebanding dgn kesehatan mental para pekerjanya. Tingkat stress dan frustasi pekerja² cukup tinggi, sampai ada istilah karoshi atau mati karena overdosis kerja. Search aja di Youtube, banyak. Itu salah satu alasan kenapa generasi muda Jepang ogah menikah atau pun memilih childfree.

Finland memberikan kompensasi €10.000 atau Rp155,5 juta untuk setiap bayi yg lahir. Diikuti negara² Nordik lainnya seperti Swedia, Norwegia yg juga bahkan ngasih kompensasi buat imigran legal biar mau tinggal dinegaranya.

Buat tambahan, rata² negara berkembang dan negara maju selalu membuka peluang utk menambah populasi negaranya, selain menaikkan tingkat kelahiran, cara lain adalah menambah jumlah imigran. Tidak terkecuali Amerika, Canada hingga membuka peluang free Greencard. Hal ini dilakukan utk menjaga stabilitas negara, regenerasi disegala bidang, tidak hanya ekonomi tapi juga termasuk kekuatan militer.

Prancis sendiri memberi kompensasi pengurangan pajak penghasilan dan penitipan anak yg disubsidi oleh negara. Buat tambahan aja, minimal pajak penghasilan di Prancis 45.0% hingga 75.0% (untuk pegawai dgn gaji di atas 1 juta euro atau Rp16,6 miliar).

Sementara kompensasi di Singapore SGD$ 10.000 (USD$ 7.330 atau £ 5.644) setara dgn Rp 147 juta.

Dan masih banyak lagi negara² yg mulai menawarkan kompensasi² buat nambah populasi negaranya.

Banyak negara yg lagi menghadapi ketidakseimbangan generasi tua dan muda, ngeba ygin aja di sebuah kota kita akan menyaksikan dimana-mana misal shopkeeper, yg membersihkan di airport dan yg kerja hampir semuanya adalah orang tua.

Dimana kaum² mudanya atau second generation atau first generation udah pindah ke kota-kota satelit, suburban di sekitarnya, atau malah kota yg lebih jauh.

Sementara orang muda ini sebenernya adalah sumber regenerasi bagi kegiatan ekonomi yg jalan pd akhirnya kegiatan ekonomi di kota ini juga akan mengalami perubahan kearah negative, stuck.

Misalnya aja kita bakal menyaksikan semakin jarang perempuan hamil lewat di depan kita dan setelah itu juga rumah sakit bersalin terpaksa harus pindah, kemudian TK dan SD harus merger atau malah ditutup, tempat bermain anak-anak/playground juga semakin berkurang, suara bayi semakin jarang kita dengar dan kemudian restoran juga menjadi tidak seramai seperti sebelumnya.

WINTER IS COMING
Nah kota-kota besar yg mengalami penurunan fertilitas atau Demographic Winter kalo kata Pope Francis a.k.a Paus Fransiskus, kota-kota besar tidak lagi menjadi magnet misal bagi pendidikan, hiburan dll.

Orang² muda lebih banyak memilih utk nggak menikah bahkan enggak mau punya anak ya selain faktor kompetisi kerja, kwalitas kerja berbanding dgn besarnya beban pajak dan biaya hidup.

Lha kita? ikut²an childfree dgn alasan halu apalagi cuman buat bisa piknik ke Eropa, bisa piknik ke Jepang? Lha wong piknik di negeri sendiri aja bisa ngabisin budget 3-5x lipat piknik ke Eropa.

Budget 10 juta gak cukup buat klayapan di Raja Ampat atau Labuanbajo, tapi kamu bisa PP Jakarta - Kyoto seminggu.

Singapore, Jepang, Korea udah kepayahan memfilter pendaftaran masuk militer dgn standard body Rambo, perut sixpack. bisa dilihat banyak pasukan militer Singapore, Korea, Jepang bahkan berkacamata setebal pantad botol yg kalo di Indonesia udah jelas bakal ditolak kecuali emang memiliki kemampuan khusus atau kemampuan yg sangat hebat.

Generasi muda Indonesia juga lagi galau dgn issue santer demographic winter yg nggenjreng malah seleb², seleb sosmed pula.

Jangan² kita masih terpaku dgn cara berpikir lama bahwa kota adalah sebuah tempat yg baik bagi kita untuk mengejar pendidikan mencari hiburan bahkan mengembangkan karir kita dan berusaha seperti itu pikiran kebanyakan kita.

Era sekarang masuk dalam Demographic Winter namun kini kata preferensis dunia yg lagi ngadepin Demographic Winter yg gelap dan beku.

Setidaknya itu yg dilihat di Itali namun ini tidak hanya terbatas di Itali tapi juga terjadi di seluruh dunia dan Paus Fransiskus juga menambahkan lagi bahwa peradaban modern ternyata telah mengutamakan pendapatan dan karir sementara anak dianggap sebagai distraksi mentalitas ini dianggap sebagai mental atau penyakit bagi masyarakat modern yg mana akan membuat masa depan sebuah bangsa menjadi tidak bisa bertahan bahkan musnah.

Seperti itulah yg sekarang kita lihat di banyak negara² maju.

Korea Selatan sekarang rata-rata keluarga mempunyai anak sudah dibawa satu karena tingkat kesuburannya sudah 0,8.

Supaya kamu mempunyai gambaran yg baik maka perlu diketahui bagaimana cara membaca fertilit atau tingkat kesuburan, tingkat kesuburan ini bukan soal kamu mandul atau nggak mandul, subur atau nggak subur. tapi mau punya anak atau tidak.

Jadi untuk mendapatkan seorang anak dibutuhkan satu pasangan suami-istri, jadi angka basisnya itu adalah dua.

Dan kalau fertility ratenya itu masih di atas 2, maka itu pertanda bahwa bangsa tersebut masih akan memiliki kesempatan tumbuh karena populasinya masih di atas dari jumlah penduduk sebelumnya.

Tapi begitu menyentuh angka 2 ini maka akan menjadi lampu kuning, karena sebentar lagi akan menjadi di bawah 2.

Jadi penduduknya rata-rata memiliki anak di bawah dua dan itu merupakan lampu merah bagi negara tersebut. nah oleh karena itulah maka kita perlu melihat apa yg terjadi di Indonesia dan di beberapa negara-negara di sekitar kita.

Saya mengutip Isaac Asimov, seorang penulis Soviet yg lahir di Amerika, As you put more people into the world, the value of life not only declines, but it disappears.

Seperti itu yg kita lihat di beberapa negara yg penduduknya banyak, negaranya miskin tapi mereka sangat fanatik sekali, begitu fanatiknya mereka beranggapan bahwa kalau punya anak banyak itu bagus sekali dan begitu penduduk semakin banyak kemiskinan dimana², angka kematian juga tinggi.

Setelah itu kita saksikan orang cenderung sembarangan di jalan dan kata Isaac Asimov bahwa suatu negara yg mengalami demikian itu tidak akan bisa menghidupkan demokrasi, kenyamanan, martabat dan penghargaan manusia.

Democracy, human dignity, convenience & decency cannot survive it. it doesn't matter if someone dies.

Bisa di cek di web Badan Pusat Statistik Nasional https://www.bps.go.id/ tahun 2023 ditemukan bahwa Jakarta, khususnya di Jakarta Barat fertility ratenya sudah 1,7 ini yg terendah di sekitar Jakarta. Jakarta Selatan 1,8, Jakarta Timur 1,9, Jakarta Pusat 1,9, Jakarta Utara 1,85.

Jadi kita bisa melihat Jakarta ini sedang dalam suatu keadaan di mana kalau kamu bekerja menjadi guru TK, SD bersiap-siaplah dalam waktu yg tidak terlalu lama lagi maka akan ada beberapa SD yg terpaksa harus di merger, terpaksa harus disatukan dgn SD yg lain.

Kalau mau survive ya harus pindah ke daerah pinggiran karena penduduknya generasi kedua, generasi ketiga itu juga berpindah ke Depok, pindah ke Bekasi, pindah ke sekitar Tangerang dan lain sebagainya di situlah terjadi keramaian, perputaran ekonomi.

Sama halnya dgn rumah sakit bersalin, juga akan dipindahkan ke daerah² penyangga di sekitarnya.

Ternyata di sekitar Jakarta itu yg masih di atas 2 tingkat fertility adalah Bogor, itupun 2,06. Bandung sudah 1,91, Bekasi yg berada di sekitar Jakarta juga sudah 1,92.

Kemudian kita lihat lagi di Sumatera misalnya Medan ternyata sudah 1,85, Palembang 1,84, Semarang dan Solo 1,8, kemudian Surabaya sudah 1,82, Makassar 1,92.

Inilah gambaran bahwa penduduk di kota² besar itu tengah mengalami transisi demografi.

Nah sekarang kita lihat ternyata beberapa provinsi memang sudah di bawah 2, Jakarta 1,98, Banten 2,17 atau 2,2, Jawa Timur ternyata sudah 1,91 dan sekali sudah 1,95.

Tapi di daerah seperti Kalimantan Barat itu masih 2,5, Sulawesi Selatan 2,38, Sulawesi Utara 2,5.

Nah yg sudah mendekati 2 katakanlah misalnya Jawa Barat 2,15, Jawa Tengah 2,06.

Lantas apa yg perlu kita khawatirkan kalau pertumbuhan penduduk ini mengalami penurunan?

1. Yg pertama; tentu saja kita perlu pikirkan bahwa akan terjadi kekurangan SDM. hari ini saja penduduk Ibukota Kalau mencari tenaga asisten rumah tangga harus mencari didaerah² yg (*maaf) berada di dalam kantong kemiskinan. ini akan membuat kamu harus mengeluarkan uang ekstra untuk mendapatkan tenaga kerja yg bisa bekerja di rumahmu.

2. yg kedua; kita juga akan mengalami persoalan kekurangan investor atau wirausaha muda.

Jepang mungkin spesial karena masyarakatnya gemar menabung, yg menabung banyak tetapi yg minjam tidak ada. yg meminjam uang itu sudah pasti kaum muda untuk konsumsi untuk investasi untuk menjadi usahawan.

Oleh karena itulah maka pemerintah Jepang menerapkan sistem bunga negatif di perbankannya, dengan demikian bagi siapapun yg menabung itu harus membayar bunga dan sebaliknya, siapa yg meminjam malah diberikan bunga. jadi ini merupakan satu kondisi yg terbalik dengan apa yg kita alami di sini.

3. yg ketiga; kemungkinan besar akan terjadi krisis dan avention dana pensiun. Ini memang dikumpulkan dari akumulasi pendapatan kaum muda yg disetor kepada negara atau kepada lembaga dana pensiun. nah oleh dana pensiun itu kemudian dibayar kepada para pensiunan bayangkan kalau sekarang yg terjadi jumlah orang muda sedikit yg menabung di dana pensiun sebagai sedikit tetapi yg dibayar semakin banyak karena pada kenyataannya di negara-negara yg penduduknya berkurang ini ternyata tingkat harapan hidup ini juga meningkat yg berakibat jumlah orang yg hidup di kalangan orang tua itu semakin banyak dan selama mereka hidup ini harus diberikan uang pensiunannya selain dana pensiun tentu saja adalah dana haji karena pada suatu ketika jumlah orang muda ini tidak sebanyak jumlah orang tua.

Dan tentu saja orang itu pergi haji itu menabung dari waktu ke waktu karena nanti yg menabung kaum mudanya tidak sebanyak orang tua, maka suatu ketika juga akan terjadi gap ini juga harus kita antisipasi barangkali tidak dalam waktu cepat, tapi akan terjadi dalam 10-20 tahun ke depan.

4. yg keempat; SDM ini menua dimana jumlah orang tua itu akan lebih banyak daripada orang muda dan usia pensiun itu terpaksa akhirnya ditingkatkan oleh suatu bangsa.

5. yg kelima; bangsa itu kemudian mulai berpikir untuk menggunakan otomatisasi tidak mengherankan sekarang dunia banyak menghasilkan robot itu merupakan produk yg diciptakan dari negara² maju yg mengalami demografik Winter mau tidak mau mereka menciptakan robot, artificial intelligent seperti yg akhir² ini booming, ChatGPT. bahkan Jepang, Korea udah pada tahap menggunakan cyborg yaitu robot yg membantu orang, searchlah di Youtube, jadi robot² ini menopang skeleton kita, menopang gerakan kita yg bisa, mengangkut orderanmu di Shopee. dan ini udah dilakukan Amazon.com dan beberapa marketplace di Jepang.

The fact; kamu ke Singapura saja kamu bisa melihat bahwa yg bekerja di airport rata-rata adalah nenek-nenek dan kakek-kakek. dan ini bukan hanya fenomena di Singapura tetapi juga fenomena di Jepang, Korea dan beberapa negara² Eropa. di Amerika sendiri kalau kamu pergi belanja ke Walmart yg jaga di kasir rata² juga orang tua.

6. yg keenam; ada lagi hal lain yg juga mengecohkan kita;
yaitu less consumers, alias jumlah konsumen berkurang ini tidak disadari oleh para eksportir, fashion misalkan, sepatu dan garment kita yg rata² kirim ke negara² yg penduduknya mulai berkurang.

Zurich, Swiss, selain ada kota modern kamu akan menemukan kota tua dan di Kota Tua itu kamu bisa melihat penduduknya sudah jarang sekali.

7. yg ketujuh; Market untuk kaum kaya di seluruh dunia ini mengalami penurunan dan akibatnya ekspor dari negara sedang berkembang biasanya kan dikirimnya adalah ke negara yg kaya, akibatnya ekspornya juga berkurang.

8. yg kedelapan; sekolah-sekolah dan rumah sakit bersalin itu banyak ditutup dan suara bayi semakin jarang didengar.

9. yg kesembilan; terjadi instability ketidakstabilan politik di suatu negara karena apa? Karena jumlah imigran di negara itu perlahan-lahan meningkat dan akhirnya terjadi perubahan budaya.

di Swedia yg dulu tidak pernah terjadi getaran² seperti sekarang akhirnya terjadi konflik antara penduduk setempat dgn para pendatang imigran sampai kemudian melibatkan agama dan sebagainya.

Para pendatang yg tadinya ramah tiba² menjadi bereaksi, tiba² menimbulkan konflik.

German pun mengalami hal yg sama apalagi ketika kran imigran korban perang dibuka hingga menciptakan kondisi cebong dan kampret seperti di Indonesia. hingga pemerintahnya terpaksa mengeluarkan Undang-Undang NetzDG tahun 2017 yg kemudian menjadi inspirasi bagi Kominfo pemerintah Indonesia pada Permen Kominfo No.5 Tahun 2020, silahkan baca: https://blog.aming.info/2022/08/THE-BIG-PLAN-KOMINFO-YANG-DISEMBUNYIKAN-DARI-PUBLIK.html

Temuan gesehan budaya itu selalu menimbulkan kekhawatiran dan kita sudah saksikan bagaimana Inggris keluar dari Uni Eropa, karena mereka mendapatkan hoax yg isinya mengatakan bahwa setiap minggu penduduk Inggris harus membayar cukup besar untuk membiayai para imigran.

10. Yg terakhir tentu saja terjadi kesalahan polse dikarenakan banyak sekali pengamat yg tidak membaca data mengenai fertilit kemudian menunjukkan kepada kita bahwa yg turun di daerah perkota disebabkan karena melemahnya daya beli.

Padahal yg terjadi adalah terjadi perubahan pola penduduk transisi demografi penduduk di negara tersebut mengalami fertilit yg turun dan penduduk yg sebenarnya ada di kantong-kantong yg ya kelasnya agak menengah ke bawah.

Jadi jangan abaikan pasar menengah ke bawah pada hari ini yg dibentuk juga oleh disrupsi dan perlahan-lahan kelas ini tumbuh menjadi kelas menengah baru yg sangat penting sekali akhirnya timbul pertanyaan dalam diri kamu.

Apa sebenarnya kesimpulan yg dapat kita tarik dari sini?

Yang paling pertama tentu saja kita perlu merubah cara berpikir kita selama ini kita beranggapan bahwa persoalan dunia ini terutama adalah ledakan penduduk ternyata hari ini kita mendapatkan dua persoalan dgn penduduk karena produk sudah safety lite yg turun.

ini juga terjadi di negara kita kali ini dan ini akan menimbulkan persoalan² ekonomi dan banyak sekali orang yg tidak paham bahwa yg sebenarnya terjadi adalah karena biaya untuk melahirkan anak itu memang semakin besar.

Dalam teori ekonomi kita mengenal istilah yg disebut sebagai opportunity cost dan rupanya ini seringkali tidak dipahami oleh para pembuat kebijakan, para pembuat kebijakan "hanya" membaca hasil survei yg mengatakan bahwa penduduk turun di semua negara penyebabnya adalah karena beban biaya yg ditanggung oleh keluarga untuk melahirkan itu sangat besar biaya melahirkan, membesarkan, pendidikan, kesehatan dan kemudian yg diambil kebijakan oleh sejumlah negara adalah dgn memberikan subsidi yaitu subsidi pada keluarga² agar mau mempunyai anak.

Pemerintah Singapura, Korea, Itali memberikan kompensasi itu dan sejumlah negara yg sejahtera rata² melakukan itu demi menjaga agar reproduksi ini tumbuh.

Tapi faktanya tidak jalan tuh, yg terjadi itu adalah bukan biayanya membesar tapi opportunity cost yg mengatakan bahwa ada kesempatan yg hilang karena kita mengambil pilihan pada sesuatu yaitu pilihannya adalah antara berkarir atau berhenti sebentar membesarkan anak.

Karena ketika kamu misalnya saja seorang perempuan hamil, kemudian memilih untuk cuti dan setelah itu kamu kembali bekerja, setelah kembali bekerja namanya juga punya bayi, kadang² suatu waktu juga sakit dan kamu harus pulang harus merawat dan lain sebagainya,

nah dalam beberapa kesempatan yg disebut dgn opportunity cost ini adalah ketika seseorang itu menikah, punya anak dia kemudian paling tidak dia cuti 3 bulan, dia merasa harus balik lagi, dia harus melakukan beberapa aktivitas kadang² ada juga orang merasa saya kurang percaya diri karena bentuk tubuh berubah, rambut harus di remake lagi, apalagi ketika balik ke kantor ada orang baru, ada situasi yg berubah atasan baru saya harus menyesuaikan diri lagi dgn keadaan setelah itu ya kamu juga harus merawat anak dan banyak sekali hal-hal yg menyangkut opportunity cost ini terjadi.

dan akibatnya kemudian orang mempunyai anak kedua jaraknya semakin jauh setelah itu bahkan tidak hanya jarak semakin jauh juga jumlah anaknya berkurang inilah yg dikenal sebagai opportunity cost. jadi opportunity yg hilang karena harus membesarkan dan melahirkan anak.

Ada sebuah quote dari Di Mario Draggy tentang bangsanya sendiri, Italia.

Italia mengalami population decline fertiliti rate-nya turun terus dan mereka sudah sangat sulit sekali mendengarkan suara bayi dan dia mengatakan bahwa Italy tanpa anak-anak berarti tidak percaya diri dan tidak bisa merencanakan masa depan.

Itulah Itali yg pelan² tapi pasti akan menjadi yang pertama "tua" dan akhirnya lenyap.

Semoga hal ini tidak terjadi dgn Indonesia, semoga hal ini menjadi sebuah renungan yg bermanfaat bagi kamu yg selama ini berpikir bahwa impian terbaik itu adalah selalu pergi ke kota.